Liputan6.com, Jakarta - Peluncuran mata uang kripto Facebook, Libra, kemungkinan akan ditunda. Hal ini disebabkan masih terganjal regulasi. Regulator dari Eropa dan beberapa wilayah lain masih berdiskusi mengenai kekhawatiran dari layanan Libra.
Penundaan tersebut diungkapkan oleh Libra Association kepada Reuters. "Ketika kami mengumumkannya pada Juni, itu adalah Bintang Utara kami. Hal yang penting adalah kami harus mematuhi regulator, dan perlu memastikan bahwa mereka ada bersama kami, dan sepenuhnya nyaman dengan solusi kami," ungkap Managing Director Libra Association, Bertrand Perez, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (1/10/2019).
"Kami tahu, kami harus menjawab banyak pertanyaan yang berasal dari regulator di kedua sisi Atlantik, dan dari bagian dunia yang lain," tambahnya dalam wawancara di kantor PBB di Jenewa, Swiss.
Facebook dikenal sebagai pelopor pengembangan Libra, dan akan membuat "dompet" konsumen pertama untuk mata uang tersebut melalui anak perusahaannya, Calibra.
Pengembangan sebenarnya layanan ini akan diserahkan kepada Libra Association, sebuah organisasi yang berkantor pusat di Jenewa.
Asosiasi ini dijalankan oleh konsorsium pendukung awal Libra, termasuk Visa, Lyft, Vodafone, dan Coinbase. Facebook salah satu di antara banyaknya mitra yang bergabung.
Kendati demikian, Facebook dalam praktiknya akan memiliki sejumlah besar kontrol. Bahkan, perusahaan dilaporkan membayar gaji sekira enam karyawan asosiasi tersebut.
Upaya Facebook menghadirkan Libra menuai banyak kritik dari berbagai pihak. Prancis dan Jerman bahkan telah mengatakan akan memblokir Libra dari operasional di Eropa.
Kongres Amerika Serikat (AS) pada Juli lalu meminta Facebook untuk menangguhkan pengembangan Libra. Penundaan dilakukan sampai anggota parlemen memiliki lebih banyak waktu untuk menyelidiki risiko dari layanan tersebut.
Kekhawatiran tentang risiko ini tidak hanya dari sisi keamanan, tapi juga dikhwatirkan dapat membahayakan stabilitas keuangan AS dan dunia.