Liputan6.com, Jakarta - Indonesia telah berhasil membuat sebuah drone yang mampu terbang terus menerus selama 24 jam.
Drone ini berjenis pesawat udara nirawak (PUNA) jenis medium altitude long endurance (MALE) dan dinamai Black Eagle. Kemampuan terbang terus menerus selama 24 jam membuat drone ini bisa digunakan untuk membantu menjaga kedaulatan NKRI dari udara.
Hal ini didasari dari kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien terus bertambah seiring dengan meningkatnya ancaman daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti illegal logging dan illegal fishing.
Drone ini mampu beroperasi dalam radius 250Km dengan waktu terbang hingga 30 jam. Secara fisik, drone ini memiliki panjang 8,30 meter dan bentang sayap sepanjang 16 meter.
Mengutip keterangan resmi Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemristek/BRIN) yang diterima Liputan6.com, Rabu (1/1/2020), inisiasi pengembangan PUNA MALE telah dimulai oleh Balitbang Kemhan sejak tahun 2015.
Kemudian, pada 2017 terbentuk perjanjian bersama berupa Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE) dengan anggota yang terdiri dari Kementerian Pertahanan RI yaitu Ditjen Pothan dan Balitbang, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU (Dislitbangau), Institut Teknologi Bandung/ITB (FTMD), BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia dan PT Len Industri.
Di tahun 2019 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masuk sebagai anggota konsorsium tersebut.
Mulai Manufaktur
Proses manufaktur dikerjakan oleh engineer BPPT dan disupervisi oleh PT Dirgantara Indonesia. Selanjutnya, di tahun ini juga dilakukan pengadaan Flight Control System (FCS) yang diproduksi di Spanyol.
Integrasi FCS ini dengan prototipe PUNA MALE 1 yang telah dimanufaktur oleh PT Dirgantara Indonesia pada akhir tahun 2019.
Proses integrasi dilaksanakan oleh engineers BPPT dan PT Dirgantara Indonesia yang telah mendapatkan pelatihan untuk mengintegrasikan dan mengoperasikan sistem kendali tersebut.
Pada tahun 2020 akan dibuat dua unit prototype berikutnya, masing-masing untuk tujuan uji terbang dan untuk uji kekuatan struktur di BPPT. Proses sertifikasi produk militer juga akan dimulai dan diharapkan pada akhir tahun 2021 sudah mendapatkan sertifikat tipe dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan RI (IMAA).
Integrasi sistem senjata pada prototype PUNA MALE dilakukan mulai tahun 2020 dan diproyeksikan sudah mendapat sertifikasi mendapatkan sertifikasi tipe produk militer pada tahun 2023.
Apresiasi
Mewakili Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan apresiasi atas semua upaya dan kerja keras para engineers yang terlibat dalam konsorsium PUNA MALE.
Ia juga menyebut, peluncuran drone ini merupakan simbol penguasaan teknologi kunci dari salah satu teknologi kedirgantaraan.
Lebih lanjut Hammam Riza juga mengharapkan bahwa inovasi-inovasi teknologi pertahanan terkini terus didukung oleh industri nasional, sehingga mampu memenuhi kebutuhan industri hankam dan sekaligus mengurangi impor industri hankam.
(Tin/Ysl)