Tara menuturkan tidak masalah jika menjadikan makanan sebagai pelarian dari stres. Yang menjadi masalah adalah jika hal ini dilakukan secara berlebihan. Selain berakibat pada kenaikan berat badan yang cukup signifikan dan obesitas, emotional eating sendiri akan menimbulkan gangguan bulimia dan binge eating.
Bulimia disebabkan karena rasa bersalah setelah mengonsumsi banyak makanan. Setelah makan yang banyak, penderita Bulimia membutuhkan solusi untuk mengatasi rasa bersalah atau menyesalnya. Sehingga akan langsung mengeluarkan kembali makanan yang telah ia makan.
Sementara binge eating merupakan pola konsumsi makanan yang meningkat secara drastis akibat stres. Di mana seseorang akan makan dengan kalap karena merasa stres. Ia pun akan merasa bersalah setelah mengonsumsi banyak makanan. Namun biasanya binge eating tidak memberikan reaksi langsung atas rasa bersalahnya tersebut.
Mengatasi emotional eating diperlukan edukasi kepada indivisu terkait cara pandang yang sehat pada makanan. Selain membangun pola makan yang lebih baik, mengenali pemicunya, dan membangun langkah-langkah tepat untuk menghadapi stres.
Tara menyarankan bahwa harus memutuskan kebutuhan makan yang tepat. Lebih jeli untuk memperhatikan apakah yang perlu mengonsumsi makanan atau tidak.
"Kalau lapar fisik, masih bisa dikendalikan dan makan jenis apapun. Sementara lapar emosi, tidak bisa dikendalikan dan hanya makan hanya yang benar-benar diinginkan," ujar Tara de Thouars.
from Berita Gaya Hidup Terkini - Tren Fashion, Info Shopping, Menu Kuliner kalo berita kurang lengkap buka link disamping https://ift.tt/2SdqxcX
No comments:
Post a Comment