:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2755382/original/045165800_1552986604-20190315213658_IMG_1053-01.jpeg)
Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu cabang kesenian, teater merupakan seni pertunjukan yang multifungsi, yaitu bisa sebagai media pendidikan, pembentukan karakter, dan pencerahan bagi masyarakat. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Prancis, dunia teater mereka juga sangat maju dan berkembang dengan baik.
Lalu bagaimana di Indonesia? Negeri ini punya banyak grup teater ternama dan sudah melahirkan nama-nama besar di dunia hiburan. Tapi, perkembangan dunia teater tak bisa dibilang menggembirakan.
Para pekerja teater kerap terbentur persoalan biaya setiap kali memproduksi sebuah pertunjukan. Tak jarang mereka justru harus menutupi kekurangan biaya produksi dengan uang mereka sendiri. Padahal, waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah pertunjukan teater termasuk sangat besar. Apa penyebabnya?
Tentu ada banyak faktor. Salah satunya, menurut tokoh senior teater Indonesia, Jose Rizal Manua, adalah karena teater belum dibutuhkan di Indonesia.
"Belum ada kesadaran masyarakat kalau teater ini bisa membentuk kepribadian yang kreatif. Lalu bisa menghadirkan ruang-ruang imajinasi yang bisa memberikan pencerahan agar masyarakat berpikir maju," ujar Jose Rizal Manua.
Pendiri Teater Tanah Air itu menambahkan, kurangnya perhatian pemerintah dan swasta, serta minimnya infrastruktur penunjang turut memperparah kondisi ini. Selain itu, tingginya harga sewa gedung pertunjukan, besarnya pajak, membuat para seniman teater harus kerja esktra keras.
Pendapat senada diungkapkan Garin Nugroho. Sutradara film layar lebar yang juga cukup aktf di bidang teater ini mengaku kecewa karena kurangnya dukungan pemerintah maupun pihak lainnya. Padahal, banyak bakat dan potensi di negeri ini.
"Kita punya banyak sumber daya manusia terutama anak muda yang berbakat dan punya semangat tinggi, tapi ruang tumbuh tidak sebanding. Banyak halangan yang ditemui, dari segi fasilitas maupun kreativitas," tutur Garin pada Liputan6.com, saat ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, beberapa hari lalu.
Industri kreatif teater di Indonesia belum tumbuh seperti di negara maju. Jangankan dengan Amerika Serikat atau Eropa, dengan Malaysia pun kita masih ketinggalan.
Pemerintah Malaysia membebaskan biaya sewa gedung dan mengizinkan grup teater mengambil semua keuntungan penjualan tiket tanpa dipotong pajak. Mereka justru memberikan insentif kepada para seniman teaternya.
Walaupun menghadapi banyak kendala, pelaku teater di Indonesia tetap gigih memproduksi teater minimal satu sampai dua kali dalam setahun. Hal ini dilakukan karena mereka meyakini teater sebagai sarana pencerahan bagi masyarakat.
from Berita Gaya Hidup Terkini - Tren Fashion, Info Shopping, Menu Kuliner kalo berita kurang lengkap buka link disamping https://ift.tt/2TqSxtm
No comments:
Post a Comment