Pages

Saturday, April 27, 2019

Cerita Akhir Pekan: Menghakimi Pelaku Bully

Liputan6.com, Jakarta - Kasus bully belakangan acap kali menempati ruang tertentu di sebegitu banyak titik lampu sorot atensi publik. Ada pembelaan, emosi, simpati, empati, bahkan kemarahan, yang menghiasi guliran perkara ini.

Saking hanyut dalam alur, tak sedikit orang kemudian jadi tak objektif dan melakukan tindakan yang sangat disayangkan. Ya, mereka berbondong-bondong melakukan bully terhadap terduga pelaku kasus perundungan yang tengah jadi topik hangat perbincangan.

"Kita suka tidak sadar, bagaimana pelaku bully, kita bully juga. Kita mengeluarkan kata-kata negatif, mendesak, memojokkan. sehingga kita juga akhirnya melakukan bully, " jelas Psikolog Klinis Rena Masri pada Liputan6.com lewat pesan singkat, Kamis, 25 April 2019.

Hal ini, dikatakan Rena, biasanya terjadi karena banyak orang yang melakukan bully, akhirnya ikut marah, ikut kesal dengan kelakukan pelaku. Padahal, tindakan ini tentu membuat mereka jadi berada di status yang sama dengan pelaku bully.

Pemahaman bully yang belum sampai pada orang tersebut bisa jadi sebab lain ia dengan ringan hati memojokan pelaku perundungan. "Bisa juga karena tekanan sosial. Ada kecemasan kalau tidak melakukan bully, kita akan dijauhi, tidak ditemani, bahkan malah ikut di-bully," kata Rena.

Lingkaran lingkungan, di mana bully sudah sering terjadi dan dianggap wajar membuat banyak orang akhirnya tak sadar bahwa mereka tengah memojokkan orang tertentu dan menyakiti mereka, entah secara psikis atau fisik 

Let's block ads! (Why?)



from Berita Gaya Hidup Terkini - Tren Fashion, Info Shopping, Menu Kuliner kalo berita kurang lengkap buka link disamping http://bit.ly/2DDBHm4

No comments:

Post a Comment