Liputan6.com, Jakarta - Krakatau kembali jadi perbincangan setelah Gunung Anak Krakatau (GAK) mengeluarkan lava pijar ke segala arah. Hingga 3 Oktober 2018, Gunung Anak Krakatau telah meletus 156 kali.
Sejarah Gunung Krakatau di Selat Sunda berawal dari Pulau Rakata yang merupakan satu dari tiga sisa Gunung Krakatau Purba. Pulau itu kemudian tumbuh karena dorongan vulkanik dari dalam perut bumi sehingga muncullah Gunung Rakata.
Merujuk Wikipedia, dua gunung api kemudian muncul dari tengah kawah Gunung Rakata, yang dinamakan Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan. Ketiga gunung kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.
Gunung Krakatau pernah meletus pada 1680 dan mengeluarkan lava andesitik asam. Pada 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883.
Seperti dilansir dari dispar.bantenprov.go.id, Anak Gunung Krakatau merupakan sisa letusan dari Gunung Krakatau Purba berapi yang pernah meletus hebat. Saking hebatnya, abu Gunung Krakatau sampai ke Norwegia dan New York.
Matahari bahkan tak terlihat di dunia hingga dua hari akibat debu vulkanik yang menutupi atmosfer. Sinar surya juga masih redup hingga setahun berikutnya.
Yang tersisa kini adalah Gunung Anak Krakatau yang terletak di antara gugusan kepulauan vulkanik ini berada di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatera. Lokasi itu kini menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
from Berita Gaya Hidup Terkini - Tren Fashion, Info Shopping, Menu Kuliner kalo berita kurang lengkap buka link disamping https://ift.tt/2IBmraJ
No comments:
Post a Comment