:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2754802/original/030536900_1552965495-WhatsApp_Image_2019-03-19_at_9.02.30_AM.jpeg)
Merujuk pada deretan karya yang ditampilkan dalam fashion show tersebut, ia melihat generasi muda cenderung lebih suka mengambil sedikit-sedikit dari bahan sarung untuk kemudian diolah menjadi busana berbeda. Dengan begitu, ia menyarankan pengrajin membuat alternatif produk yang lebih kecil.
"Kalau suka dalam cuplikan begitu, ya pengrajin mending buat yang kecil-kecil daripada langsung bahan tiga meter dipakai semua. It's waste of time, waste energy, and waste material," katanya.
Di sisi lain, ia juga meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lebih proaktif mempromosikan sarung lewat pendekatan budaya. Hal itu penting untuk membuat orang membeli produk bukan semata faktor harga, tetapi lebih pada busana yang dibeli mewakili dirinya.
"Pendekatan budaya harus sudah dimulai. Jadi orang bukan beli karena mahal atau karena murah, tetapi karena mewakili dia," ujarnya.
Di sisi lain, Julie Trisnadewani selaku Ketua 1 SarungFest 2019 menyebut fashion show dan sederet acara yang berkaitan dengan sarung juga bertujuan untuk mengubah paradigma orang tentang busana itu. Pasalnya, orang masih lekat bahwa sarung adalah busana untuk beribadah atau meronda.
"Paradigma itu mau kita ubah, sarung bisa dipakai ke mana-mana. Untuk jalan ke kantor pun bisa," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Seorang desainer bernama Thom Browne baru menggelar fashion show. Uniknya, beberapa rancangannya mirip kain sarung yang digunakan Jokowi.
from Berita Gaya Hidup Terkini - Tren Fashion, Info Shopping, Menu Kuliner kalo berita kurang lengkap buka link disamping https://ift.tt/2W8FyhW
No comments:
Post a Comment