Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) di bidang kesehatan kembali menunjukkan manfaatnya di bidang kesehatan.
Kini, deteksi kadar glukosa rendah dengan ECG bisa dilakukan tanpa tusuk jari berkat penggunaan kecerdasan buatan.
Dalam studi yang diterbitkan di Nature Springer journal Scientific Reports, peneliti di University of Warwick, Dr. Leandro Pecchia, mengatakan bahwa dia dan timnya dapat mendeteksi peristiwa hipoglikemik (kadar glukosa rendah) dari sinyal EKG yang diperoleh dengan sensor yang dapat dikenakan dan noninvasif tanpa tusuk jari.
Mengutip Eurekalert, Rabu (15/1/2020), dua studi percontohan dengan sukarelawan orang sehat menemukan sensitivitas dan spesifisitas rata-rata sekitar 82 persen untuk deteksi hipoglikemia. Meskipun noninvasif, angka ini sebanding dengan kinerja CGM saat ini.
Saat ini Continuous Glukosa Monitors (CGM) tersedia oleh NHS--Program Layanan Kesehatan di Britania Raya--untuk deteksi hipoglikemia.
Inovasi
"Tindakan tusuk jari tidak pernah menyenangkan dan dalam beberapa keadaan, sangat rumit. Melakukan tusuk jari pada malam hari tentu tidak menyenangkan, terutama bagi pasien di usia anak-anak," ujar Dr. Leandro.
"Inovasi kami terdiri dari penggunaan kecerdasan buatan untuk mendeteksi hipoglikemia otomatis melalui beberapa ketukan EKG. Ini relevan karena EKG dapat dideteksi dalam keadaan apa pun, termasuk tidur," tutur Leandro lebih lanjut.
(Why/Isk)
No comments:
Post a Comment