:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2753362/original/074201000_1552815568-20190317-Mal-Mangga-Dua-Gelar-Kompetisi-Game-eSport-HERMAN-2.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - Psikolog Universitas Indonesia Anna Surti Ariani menilai, selain gim PUBG yang mengandung kekerasan, ada banyak referensi lain yang membuat pengguna melakukan perilaku agresif.
Psikolog anak dan keluarga ini tak menampik bahwa semua gim yang mengandung kekerasan memang bisa memberikan dampak negatif bagi pemain.
"Memberi dampak negatifnya itu karena bisa menjadi 'referensi' bagi si pemain. Ketika mengalami kondisi tertentu, bisa saja referensi ini diaktifkan, sehingga pemain lebih rentan meniru atau melakukan perilaku agresif yang dimunculkan di gimnya," kata perempuan yang biasa disapa Nina kepada Tekno Liputan6.com lewat pesan singkat, Selasa (26/3/2019).
Namun demikian, Nina mengatakan, perlu disadari bahwa referensi itu tidak hanya berasal dari gim yang dimainkan, tetapi juga dari berbagai hal.
Nina mencontohkan, misalnya dari perkataan atau sikap orang lain di sekitarnya hingga pendidikan yang didapat di sekolah, keluarga, masyarakat, dan lain-lain.
Tidak hanya itu, Nina juga mengatakan, yang menentukan apakah main PUBG menjadi perilaku menggunakan senjata ada banyak hal.
"Misalnya kepribadian, jika pemain pada dasarnya berkepribadian matang dan penuh cinta kasih, maka tentunya tidak terlalu mudah terpengaruh gim," katanya.
Faktor lain adalah lingkungan. Nina mengatakan, jika lingkungan cenderung kasar dan agresif, akan lebih besar kemungkinan bagi seseorang terdorong melakukan perilaku agresif dibandingkan jika lingkungannya tenang atau bijak.
Ada pula faktor kemampuan diri. "Misalnya kalau ia memang mampu menggunakan senjata dan tubuhnya kuat, lebih mungkin meniru dibandingkan dengan yang tubuhnya lemah dan mengalami kesulitan menggunakan senjata," kata Nina.
from Berita Teknologi Gadget, Games Keren, Aplikasi Terbaru Dunia kalo berita kurang lengkap buka link disamping https://ift.tt/2uvyaBA
No comments:
Post a Comment